K.H.Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )


Profil Author: K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)

Yan Gymnastiar (lahir di Bandung, Jawa Barat, 30 Februari 1962; umur 47 tahun) atau lebih dikenal sebagai Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym adalah seorang pendakwah, penyanyi, penulis buku dan penerbit, pengusaha dan pendiri Pondok Pesantren Darut Tauhid di Jalan Gegerkalong Girang, Bandung. Aa Gym menjadi populer karena mengenalkan cara berdakwah yang unik dengan gaya teatrikal dengan pesan-pesan dakwah Islami yang praktis dan umum diterapkan pada kehidupan sehari-hari.

Pesan-pesan dakwahnya berkisar pada pengendalian diri, hati nurani, toleransi dan keteguhan iman. Aa Gym digemari oleh ibu-ibu rumah tangga karena ia membangun citra sebagai sosok pemuka agama yang berbeda dengan ulama lainnya.

Ketika para ulama konvensional berdakwah tentang keutamaan shalat, puasa, dan kemegahan surga, Aa Gym memilih untuk bercerita tentang pentingnya hati yang tulus, keluarga yang sakinah dengan menggunakan bahasa sehari-hari yang ringan dan menyenangkan.

Topik pembahasannya seputar keluarga dan pemirsanya terkonsentrasi pada ibu-ibu rumah tangga, citranya pun didaulat menjadi ustadz keluarga bahagia.

Hal ini menjadi kontroversial ketika media mengumumkan Aa Gym berpoligami dan menikah lagi dengan Alfarini Eridani atau dikenal juga dengan sebutan Teh Rini pada bulan Desember 2006, saat itu istri pertamanya adalah Hajjah Ninih Muthmainnah atau dikenal juga dengan sebutan Teh Ninih, yang telah menjadi istrinya sejak tahun 1988 dan selama menikah dengannya telah dikaruniai tujuh anak.

Banyak penggemarnya kecewa dan mengirim SMS berantai, menulis di blog dan Surat Pembaca, menelepon ke stasiun TV, berhenti berkunjung ke Daarut Tauhiid, hingga ikut turun jalan dan berdemo menentang poligami. Hal ini berdampak pada kepopulerannya dan bisnisnya.

Untuk lebih lengkapnya tentang perjalanan karier, bisnis, dakwah dan popularitas dari Aa Gym, silahkan ikuti tautannya...>> (Selengkapnya baca disini)

1. Manajemen QolbuBagian I:
Bagian II:

2. Indahnya PerbedaanBagian I:
Bagian II:

3. Pribadi Yang Indah
Bagian I:
Bagian II:

4. Bahaya Dengki
Bagian I:
Bagian II:

#. Mengenal Diri dengan Mengenal Allah
#. Membangun Bangsa dengan MQ
#. Muhasabah Aa Gym
#. Lagu-lagu Aa Gym
# Jagalah Hati
# Mata Hati
# Mengemis Kasih
# Antara Mata dan Hati
# Rosulullah
# Istigfhar

Related Posts:

KH.Zainuddin MZ


Zainuddin Muhammad Zein atau biasa dikenal sebagai KH Zainuddin MZ ( lahir di Jakarta, 2 Maret 1951; umur 60 tahun ) adalah seorang pemuka agama Islam di Indonesia yang populer melalui ceramah-ceramahnya di televisi. Julukannya adalah "Da'i Sejuta Umat" karena da'wahnya yang dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Ia pernah menjabat sebagai ketua umum Partai Bintang Reformasi, kemudian digantikan oleh Bursah Zarnubi.

Related Posts:

Cara Hidup Yang Bernilai Ibadah

Hadirin, jama’ah shalat Jum’at yang dimulyakan Allah swt.

Pada kesempatan yang mulia ini, saya berwasiat kepada hadirin jamaah Jum’at sekalian, terutama kepada diri saya sendiri untuk senantiasa meningkatkan kualitas iman dan takwa kepada Allah swt. dengan terus menerus berupaya menambah ketaatan kita dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya dengan penuh kesadaran, kesabaran,dan keikhlasan hati, serta mensyukuri nikmat dan karunia-Nya. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang bahagia hidupnya, baik didunia, terutama di akhirat kelak. Amin.

Hadirin, jama’ah shalat Jum’at yang dimulyakan Allah swt.

Allah swt. Tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah menyembah kepada –Nya sebagaimana firmannya :

”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. ( QS. Adz-Dzariyat: 56 )

Ibadah atau menyembah kepada Allah swt. adalah tugas pokok dalam kehidupan umat manusia di alam dunia ini. Ibadah dalam arti yang luas baik yang berdimensi ibadah mahdhah maupun ibadah sosial, yang dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’at, secara tulus dan ikhlas demi mengabdi kepada Allah Swt dengan penuh kecintaan dan mengharapkan ridha-Nya.

Bentuk-bentuk ibadah di dalam Islam itu bermacam-macam, ada ibadah yang sifatnya harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan dan ada pula bentuk ibadah yang wajib dilakukan sekali dalam seumur hidup. Ibadah yang bersifat harian seperti shalat wajib lima waktu; sedangkan yang bersifat mingguan misalnya shalat Jum’at; sebagaimana yang kita lakukan bersama saat ini; yang bersifat bulanan atau tahunan misalnya, puasa di bulan ramadhan, shalat Idul Fitri, shalat Idul Adha dll. Selain dari pada itu, masih banyak bentuk2 ibadah lain yang sifatnya tidak terikat oleh waktu, seperti halnya berdzikir, beritikaf, membaca Al-Qur’an, beramal sholeh, berbuat baik dan lain sebagainya.

Hadirin, jama’ah shalat Jum’at yang dimulyakan Allah swt.

Pada dasarnya setiap ibadah yang diperintah oleh Allah Swt. baik yang wajib maupun yang sunah, mengandung makna merendah diri, khudzu, dan merunduk dengan penuh kecintaan kepada Allah Swt. Karena esensi cinta itu sesungguhnya adalah pengabdian dan pengorbanan secara tulus dan ikhlas. Kedalaman dan kesempurnaan cinta itu hanyalah patut dipersembahkan kepada Allah Swt semata. Kecintaan selain kepada Allah, haruslah diletakkan dan diposisikan dibawah kecintaan terhadap Allah Swt.
Hal itu, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Swt :

Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya,
maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya."
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
(QS. At–Taubah : 24 )

Hadirin, jama’ah shalat Jum’at yang dimulyakan Allah swt.

Setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yang baik maupun yang buruk, tidak akan menimbulkan pengaruh dan akibat apapun kepada Allah Swt, akan tetapi semua itu, akan kembali dan diperhitungkan buat manusia itu sendiri. Allah Swt berfirman :

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri;
dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba (Nya).
(QS. Fush shilat : 24 )

Pada dasarnya, semua bentuk pengabdian dan peribadatan yang kita lakukan itu, adalah untuk kepentingan kita sendiri dan sama sekali bukanlah demi untuk kepentingan Allah swt. Kebesaran dan keagungan Allah tidak dipengaruhi oleh ketaatan dan pengabdian hambanya. Betapapun seluruh manusia dan jin itu berpaling dan tidak mau menyembah kepada Allah, berpesta pora dan tenggelam dalam kedurhakaan dan kemaksiatan, Allah tidak akan rugi dan tidak akan mengurangi keagungan dan kemuliaan-Nya sedikitpun. Kemahamuliaaan dan kekauasaannya tidak tergantung ketaan dan kebaktian dari pada hambanya.
Semua peribadatan dan pujian umat manusia yang dipanjatkan kepada Allah tidak akan menambah kekuasaannya. Dan keingkaran manusia kepada Allah juga tidak akan mengurangi kekuasaannya. Karena, Allahlah yang memiliki segalanya, Allah Maha Kaya, Alllah tidak membutuhkan hambanya, tetapi hambanyalah yang selalu membutuhkan kemurahan dan pertolongan-Nya.

Oleh karena itu agar setiap aktivitas kehidupan kita dapat bernilai ibadah disisi Allah Swt, maka perhatikanlah hal2 berikut ini :

Pertama : Menata niat dengan benar, setiap aktivitas yang kita lakukan haruslah disertai dengan niat yang benar dan tulus ikhlas, yaitu niat yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt seperti, makan dan minum agar bernilai ibadah, maka harus disertai niat bahwa dengan makan dan minum itu, agar dirinya sehat dan kuat, sehingga dapat beribadah kepada Allah Swt. Bekerja yang halal dapat bernilai ibadah, bila dilakukan karena Allah, untuk mencari nafah buat isteri, anak dan keluarganya sehingga mampu bertahan hidup untuk melakukan ibadah dan taat kepada Allah Swt.

Kedua : Aktivitas dan usaha yang dilakukan itu bukan termasuk yang dilarang oleh Allah. Seperti perdagangan minuman keras, prostitusi, melakukan transaksi riba dan hal2 lainnya yang dilarang dalam Islam. Bekerja dan beraktivitas pada hal2 yang dilarang dalam agama tersebut bukan termasuk ibadah walaupun diniatkan mencari nafkah untuk anak dan isteri, untuk beramal dan bersedekah dari hasil karyanya itu. Tetapi semua itu merupakan kemaksiatan dan kedurhakaan serta kekejian yang dilarang oleh Allah Swt dan besar dosanya.

Ketiga : Setiap pekerjaan dan usaha yang dijalani itu, hendaklah dilakukan dengan tetap mengingat akan kebesaran Allah Swt dan mengharap rahmatnya. Jangan sampai semua itu, justru membuat lalai dari mengingat Allah Swt. sebagaimana firmannya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.

Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi”. ( QS. Al Munafiqun : 9 )

Ke empat : Setiap usaha dan pekerjaan yang dilakukan tidak melanggar batas2 yang ditentukan oleh syariat Islam, tidak berlaku dzalim, tidak disertai dengan tipu- menipu, tidak berdusta, tidak berkhianat, tidak merampas hak2 orang lain dan lain sebagainya.
Kelima : Setiap pekerjaan yang dikukan hendaklah dilakukan dengan baik, sungguh2 dengan tetap menjaga akhlaqul karimah. Rasulullah Saw bersabda :

“Innallaha yuhibbu idzaa ‘amila ahadukum ‘amalan an yutqi nahu “

“Sesungguhnya Allah menyukai seseorang diantara kamu yang ketika mengerjakan sesuatu perkara, dilakukan dengan tekun dan teliti”. ( HR Baihaki )

Hadirin, jama’ah shalat Jum’at yang dimulyakan Allah swt.

Kiranya jelaslah bagi kita, bahwa setiap amal perbuatan yang kita lakukan dengan tetap memperhatikan hal2 tersebut, maka amal perbuatan tersebut bermakna dan bernilai ibadah. Dengan begitu, kita telah memenuhi panggilan Allah, sesuai dengan tujuan pencipataan manusia dan jin, yaitu untuk mengabdi dan beribadah kepada-Nya.
Mudah2an Allah senantiasa menganugerahkan rahmat dan petunjuknya kepada kita, sehingga kita mampu menjalani dan mengisi sisa kehidupan ini dengan penuh ketaatan dan kebaktian kepada Allah Swt secara tulus dan ikhlas. Sehingga kita mendapatkan kebahagiaan hidup didunia dan kebahagiaan hidup di akhirat kelak. Amin....

Related Posts:

Ketika Ajal Datang Menjemput

Ketika Ajal Datang Menjemput
Ma'asyiral mu'minin rahimakumullah !

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Swt, yang telah menganugerahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua, kemudian salawat beriring salam, semoga senantiasa di limpah-curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad saw, sebab berkat perjuangan beliaulah kita dapat mengetahui yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram, antara jalan menuju ke surga dan jalan menuju ke neraka.

Ma'asyiral mu'minin rahimakumullah !

Kematian merupakan suatu kepastian, yang akan dialami oleh setiap umat manusia yang hidup dialam dunia ini. Bersama dengan bergulirnya waktu dan bertambahnya usia seseorang, pada dasarnya berarti ia telah bertambah mendekati pada titik akhir daripada kehidupannya.

Disadari ataupun tidak, cepat ataupun lambat, kaya ataupun miskin, pemimpin ataupun rakyat biasa, setiap orang pasti akan sampai juga pada ajalnya yakni kematian. Karena Allah swt tidak menjadikan seorang manusiapun yang kekal dan abadi untuk hidup selama-lamanya di dunia yang fana ini.
Allah swt berfirman :
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?”
(QS. Al Anbiyaa’ [21]: 34)

Allah swt juga berfirman didalam ayat yang lain :


“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu… (QS. Ali Imran [3] : 185).

Ketika Malaikat Maut datang menghampiri untuk menjemput seseorang karena ajalnya telah tiba, maka orang itu tidak akan luput dari padanya, kemanapun ia akan berlari untuk bersembunyi, meskipun ia dirawat dan dikelilingi oleh team dokter yang paling ahli sekalipun, dengan peralatan tekhnologi medis yang paling canggih dan mutakhir sekalipun.

Semua itu tidak akan dapat menolong dan menghindar daripada kematiannya. Sebagaimana ditegaskan dalam Qur’an :
   
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". ( QS. Al-Jumuah [62]: 8 ).

Tidak ada seorangpun yang tahu, kapan kematian itu akan datang menghampiri dan menjemputnya. Yang pasti apabila saat itu telah tiba, maka tidak dapat dimajukan dan tidak pula dimundurkan walaupun hanya sedetik saja.
  
" Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan (nya).” ( QS. Yunus [10]: 49 ).

Ketika seseorang berada dalam situasi tekanan kematian(sakaratul maut) dan nyawa sudah sampai pada kerongkongannya, maka diperlihatkanlah tempat yang dihuninya kelak, apakah tempat itu indah dan membahagiakan ataukah sebaliknya tempat itu menyeramkan atau menakutkan.


“Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,padahal kamu ketika itu melihat “ (QS.Al-Waqi’ah [56] : 83 - 84).

Sebagaimana halnya yang disebutkan dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW bersabda :

“Sesungguhnya ruh orang mumin itu tidaklah keluar( mati ), sehingga ia melihat tempatnya di surga. Dan ruh orang kafir itu tidaklah akan keluar(mati), sehingga ia melihat tempatnya di neraka”.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah !

Dari hadist tersebut diatas, jelaslah bagi kita, bahwa jika yang meninggal dunia itu seorang mukmin, maka akan diperlihatkan pemandangannya di surga dengan berbagai keindahan dan kenikmatan yang menggiurkan, yang belum pernah ia lihat di dunia ini. Sehingga ketika itu, seolah-olah ia tidak sabar lagi dan ingin segera menghuninya.

Maka disaat ia menghembuskan nafasnya yang terakhir kalinya, iapun mengakhiri kehidupannya didunia yang fana ini, dengan riang gembira dan wajahnya terlihat tersenyum . Sementara keluarga yang ditinggalkannya meneteskan air matanya, berbela sungkawa karena merasa kehilangan orang yang sangat dicintainya.

Tetapi sebaliknya, apabila ia seorang yang munafik, ia seorang yang ingkar kepada Allah, maka diperlihatkan tempatnya yang menyeramkan dan menakutkan, yang belum pernah ia bayangkan dan ia saksikan sebelumnya di dunia, sehingga ia merasa terhenyak dan terkejut yang luar biasa, lalu iapun mengaduh dan meminta agar kematiannya ditangguhkan dulu, walau barang sebentar saja, untuk beramal soleh dan berbuat kebajikan.

Namun apa boleh buat semuanya sudah terlambat, saat keadilan harus ditegakkan bagi dirinya. Maka dengan penyesalan yang sangat mendalam, iapun harus rela mengakhiri kehidupannya di dunia yang fana ini, dengan wajah yang murung, muka kusut, dicekam oleh rasa ketakutan dan kepedihan yang luar biasa.
Allah swt berfirman :

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?"
( QS. Al-Munaafiquun [62] : 10 ).

Oleh sebab itu, sebagai orang yang beriman tindakan yang paling tepat adalah mengoptimalkan sisa-sisa usia kita untuk bertobat, beribadah secara maksimal, berbuat kebajikan dan memperbanyak amal salih, agar tidak mengalami penyesalan dikemudian hari. Perhatikan khutbah Rasulullah saw. Berikut ini :

“Wahai manusia, bertobatlah kepada Allah sebelum kamu sekalian mati, dan bersegeralah memperbanyak amal salih sebelum kamu sibuk ( tidak punya kesempatan ), jalinlah komunikasi antara kamu dengan Tuhanmu dengan memperbanyak dzikir ( mengingat ) kepadaNya, perbanyaklah sedekah baik secara terang-terangan maupun rahasia, maka kamu akan dianugerahi rezeki, pertolongan dan diberi ganti yang lebih baik”.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Semoga Allah Swt senantiasa menganugerahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya kepada kita semua, dan semoga, apabila suatu saat ajal datang menjemput kita, serta meninggalkan alam dunia yang fana ini, dapat mengakhirinya dengan khusnul khotimah, amiiin.


Barokallahu li wa lakum.....

Related Posts:

Khusukah Shalat Anda...?

Ma'asyiral mu'minin rahimakumullah!

Hidup di alam dunia yang fana ini laksana sebuah kompetisi, laksana sebuah pertandingan, yang mana tujuannya adalah untuk menentukan tempat kita kelak di alam akhirat, apakah akan menjadi penghuni surga ataukah akan menjadi penghuni neraka.

Dan untuk itu, Islam telah menuntun para penganutnya atau umatnya untuk hidup di alam dunia ini penuh dengan kebahagiaan sementara di akhirat kelak masuk ke dalam surga dengan berpedoman kepada Al- Qur’anul karim dan Hadits rasulullah saw. Jadi apalah artinya kesenangan hidup di dunia ini , kalaulah nantinya akan mengakibatkan diri ini digiring masuk ke dalam api neraka.

Related Posts: