MESKIPUN saya sudah menyatakan bahwa saya bukan
konsultan pernikahan, email tetap berdatangan ke saya untuk berbagai
urusan rumah tangga. Di antaranya datang dari mantan seorang corporate
executive yang menyampaikan ke saya begini, “Pak Iqbal, dahulu ketika
kami biasa memilih konsultan – selalu kami pilih konsultan yang kuat dan
matang pengalaman. Kami tidak memilih konsultan karena gelar MBA-nya
atau bahkan Doktor sekalipun.”
Kemudian dia melanjutkan: “Lha di bidang rumah tangga, Pak Iqbal memiliki pengalaman yang kuat selama 25 tahun ini. Why not share with the others? Katanya.” Maka melalui tulisan kali ini sebagian pengalaman itu saya ingin share kembali. Yang ini adalah sebuah cerita – yang entah dari mana asal-usulnya tidak berhasil saya lacak, tetapi sangat berguna bagi yang ingin membangun fondasi keluarga yang kokoh.
Ada sebuah cerita. Di tengah hujan yang lebat sekali, tiga orang laki-laki tua berteduh di teras sempit dari sebuah rumah kecil di pinggir jalan. Karena sempitnya teras, maka tampias hujan terus membasahi ketiga lelaki tua tersebut.
Nyoya rumah yang melihat dari dalam rumah menjadi iba terhadap apa yang dialami tiga lelaki tua ini. Dia keluar, kemudian menawarkan ke mereka: “Bagaimana kalau tuan-tuan masuk saja ke rumah kami – agar tidak kedinginan?”. Salah satu dari ketiganya menjawab: “Terima kasih banyak nyonya, tetapi apakah tuan rumahnya ada?”. Si nyonya menjawab: “Tidak ada, dia lagi bekerja…”.
Lelaki yang menjadi juru bicara dari ketiganya tersebut menjawab: “Kalau begitu biarkan kami di sini saja, tidak dibenarkan kami memasuki rumah selagi tuan rumah tidak di tempat…”.
Nyonya rumah yang baik ini-pun maklum dan meninggalkan tamunya kedinginan di teras rumah.
Hujan tetap turun dengan lebat ketika suaminya pulang dan buru-buru masuk rumah. Sambil memberikan minuman hangat untuk suaminya dan baju untuk menggantikan baju yang basah, si nyonya bertanya: “Apakah tadi suamiku melihat tiga lelaki yang kedinginan di teras rumah kita?”. Suaminya menjawab: “Oh, saya buru-buru masuk rumah dan karena di luar mulai gelap saya tidak melihatnya, siapa mereka dan apa yang terjadi?.”
Si nyonya kemudian menjelaskan apa yang dilihatnya dan apa yang coba dia tawarkan tadi. Suaminya paham dan berkata: “Mereka nampaknya adalah orang-orang yang baik, coba engkau lihat lagi dan bila masih diluar sana engkau undang untuk masuk.”
Si nyonya keluar rumah dan mendapati ketiganya semakin menggigil kedinginan. Namun ketika mereka diajak masuk dan disampaikan bahwa kali ini tuan rumahnya sudah di dalam rumah, tidak serta merta mereka mau masuk rumah: “Terima kasih nyonya, tetapi kami tidak bisa begitu saja masuk rumah bertiga sekaligus kecuali nyonya mengundang kami satu per satu.”
Kemudian juru bicara dari tiga laki-laki tersebut memperkenalkan diri. “Nama saya Sukses, teman yang ini adalah Makmur dan yang itu adalah Cinta. Sekarang siapa yang akan nyonya undang lebih dahulu?”.
Si nyonya rumah ragu siapa yang hendak diundang dahulu, maka dia masuk rumah dan konsultasi dengan suaminya. Setelah menceritakan apa jawaban ketiga laki-laki tua tersebut, si nyonya bertanya “Siapa di antara mereka yang patut kita undang paling dahulu suamiku?”.
Suaminya ragu sejenak, tetapi kemudian menjawab “Sukses!”. Sang nyonya agak kaget dengan pilihan suaminya, kemudian bertanya: “Mengapa Sukses yang didahulukan suamiku? Mengapa bukan Makmur atau Cinta?”. Sang suami termenung tidak bisa menjelaskan pilihannya.
Putri remajanya yang mendengar pembicaraan kedua orangtuanya kemudian nimbrung bicara: “Cinta!, Umi dan Abi harus mengundang yang bernama Cinta dahulu!”. Karena suami istri itu tidak memiliki alasan yang khusus, maka dipenuhi harapan putrinya.
Nyonya rumah membuka pintu lagi dan mengundang yang bernama Cinta. Ketika Cinta diundang, dua lelaki tua lainnya yang bernama Sukses dan Makmur ikut menyertainya masuk rumah.
Dengan agak terkejut si nyonya rumah bertanya: “Lho tadi kami undang bertiga tidak mau, katanya kami harus mengundang satu per satu. Kok sekarang kami baru mengundang Cinta, kalian Sukses dan Makmur ikut menyertainya?”.
Juru bicara ketiga lelaki tersebut kemudian menjelaskan: “Begini nyonya, kalau yang Anda undang Sukses, dia akan masuk sendirian meninggalkan kami Makmur dan Cinta kedinginan di luar. Kalau yang Anda undang Makmur, dia hanya akan mengajak Sukses, membiarkan Cinta kedinginan sendirian di luar. Tetapi ketika Anda mengundang Cinta, kami sepakat untuk semuanya ikut!”.
Itulah ilustrasinya. Membangun rumah tangga adalah mendahulukan cinta, bukan mendahulukan kesuksesan ataupun kemakmuran yang bersifat materi.
Itulah sebabnya ayat yang paling banyak dibacakan dalam nasehat perkawinan adalah Surat Ar-Ruum ayat 21 berikut:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Maka bangunlah rumah tangga itu dengan cinta dan kasih saying. Insyaallah sukses dan kemakmuran akan menyertai Anda. Amin.*
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar, kolumnis hidayatullah.com
Kemudian dia melanjutkan: “Lha di bidang rumah tangga, Pak Iqbal memiliki pengalaman yang kuat selama 25 tahun ini. Why not share with the others? Katanya.” Maka melalui tulisan kali ini sebagian pengalaman itu saya ingin share kembali. Yang ini adalah sebuah cerita – yang entah dari mana asal-usulnya tidak berhasil saya lacak, tetapi sangat berguna bagi yang ingin membangun fondasi keluarga yang kokoh.
Ada sebuah cerita. Di tengah hujan yang lebat sekali, tiga orang laki-laki tua berteduh di teras sempit dari sebuah rumah kecil di pinggir jalan. Karena sempitnya teras, maka tampias hujan terus membasahi ketiga lelaki tua tersebut.
Nyoya rumah yang melihat dari dalam rumah menjadi iba terhadap apa yang dialami tiga lelaki tua ini. Dia keluar, kemudian menawarkan ke mereka: “Bagaimana kalau tuan-tuan masuk saja ke rumah kami – agar tidak kedinginan?”. Salah satu dari ketiganya menjawab: “Terima kasih banyak nyonya, tetapi apakah tuan rumahnya ada?”. Si nyonya menjawab: “Tidak ada, dia lagi bekerja…”.
Lelaki yang menjadi juru bicara dari ketiganya tersebut menjawab: “Kalau begitu biarkan kami di sini saja, tidak dibenarkan kami memasuki rumah selagi tuan rumah tidak di tempat…”.
Nyonya rumah yang baik ini-pun maklum dan meninggalkan tamunya kedinginan di teras rumah.
Hujan tetap turun dengan lebat ketika suaminya pulang dan buru-buru masuk rumah. Sambil memberikan minuman hangat untuk suaminya dan baju untuk menggantikan baju yang basah, si nyonya bertanya: “Apakah tadi suamiku melihat tiga lelaki yang kedinginan di teras rumah kita?”. Suaminya menjawab: “Oh, saya buru-buru masuk rumah dan karena di luar mulai gelap saya tidak melihatnya, siapa mereka dan apa yang terjadi?.”
Si nyonya kemudian menjelaskan apa yang dilihatnya dan apa yang coba dia tawarkan tadi. Suaminya paham dan berkata: “Mereka nampaknya adalah orang-orang yang baik, coba engkau lihat lagi dan bila masih diluar sana engkau undang untuk masuk.”
Si nyonya keluar rumah dan mendapati ketiganya semakin menggigil kedinginan. Namun ketika mereka diajak masuk dan disampaikan bahwa kali ini tuan rumahnya sudah di dalam rumah, tidak serta merta mereka mau masuk rumah: “Terima kasih nyonya, tetapi kami tidak bisa begitu saja masuk rumah bertiga sekaligus kecuali nyonya mengundang kami satu per satu.”
Kemudian juru bicara dari tiga laki-laki tersebut memperkenalkan diri. “Nama saya Sukses, teman yang ini adalah Makmur dan yang itu adalah Cinta. Sekarang siapa yang akan nyonya undang lebih dahulu?”.
Si nyonya rumah ragu siapa yang hendak diundang dahulu, maka dia masuk rumah dan konsultasi dengan suaminya. Setelah menceritakan apa jawaban ketiga laki-laki tua tersebut, si nyonya bertanya “Siapa di antara mereka yang patut kita undang paling dahulu suamiku?”.
Suaminya ragu sejenak, tetapi kemudian menjawab “Sukses!”. Sang nyonya agak kaget dengan pilihan suaminya, kemudian bertanya: “Mengapa Sukses yang didahulukan suamiku? Mengapa bukan Makmur atau Cinta?”. Sang suami termenung tidak bisa menjelaskan pilihannya.
Putri remajanya yang mendengar pembicaraan kedua orangtuanya kemudian nimbrung bicara: “Cinta!, Umi dan Abi harus mengundang yang bernama Cinta dahulu!”. Karena suami istri itu tidak memiliki alasan yang khusus, maka dipenuhi harapan putrinya.
Nyonya rumah membuka pintu lagi dan mengundang yang bernama Cinta. Ketika Cinta diundang, dua lelaki tua lainnya yang bernama Sukses dan Makmur ikut menyertainya masuk rumah.
Dengan agak terkejut si nyonya rumah bertanya: “Lho tadi kami undang bertiga tidak mau, katanya kami harus mengundang satu per satu. Kok sekarang kami baru mengundang Cinta, kalian Sukses dan Makmur ikut menyertainya?”.
Juru bicara ketiga lelaki tersebut kemudian menjelaskan: “Begini nyonya, kalau yang Anda undang Sukses, dia akan masuk sendirian meninggalkan kami Makmur dan Cinta kedinginan di luar. Kalau yang Anda undang Makmur, dia hanya akan mengajak Sukses, membiarkan Cinta kedinginan sendirian di luar. Tetapi ketika Anda mengundang Cinta, kami sepakat untuk semuanya ikut!”.
Itulah ilustrasinya. Membangun rumah tangga adalah mendahulukan cinta, bukan mendahulukan kesuksesan ataupun kemakmuran yang bersifat materi.
Itulah sebabnya ayat yang paling banyak dibacakan dalam nasehat perkawinan adalah Surat Ar-Ruum ayat 21 berikut:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً
لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ
فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Maka bangunlah rumah tangga itu dengan cinta dan kasih saying. Insyaallah sukses dan kemakmuran akan menyertai Anda. Amin.*
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar, kolumnis hidayatullah.com
0 Response to "Tiga Lelaki Tua Bernama Sukses, Makmur dan Cinta"
Post a Comment