Marilah kita kuatkan serta kita tingkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Hanya dengan iman dan taqwa yang sebenar-benarnyalah, kita akan mampu untuk meraih ketentraman diri, keberkahan hidup, ketenangan jiwa dan rasa aman akan terwujud di tengah-tengah masyarakat.
Rasa aman, tentram, damai dan sejahtera serta terhindar dari bahaya dan bencana itulah yang sekarang dibutuhkan oleh negeri ini.
Betapa tidak, hampir setiap saat, hampir setiap waktu, kita selalu di kejutkan, kita selalu dikagetkan dengan berbagai macam bencana dan musibah, yang tidak ada ujungnya dan tidak ada henti-hentinya melanda negeri ini.
Betapa tidak, hampir setiap saat, hampir setiap waktu, kita selalu di kejutkan, kita selalu dikagetkan dengan berbagai macam bencana dan musibah, yang tidak ada ujungnya dan tidak ada henti-hentinya melanda negeri ini.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Bencana selalu mengintai di sekitar kita, lebih-lebih di bulan-bulan belakangan ini, mulai dari banjir lumpur di Wasior Papua, tsunami di Mentawai di Sumatera Barat dan meletusnya gunung Merapi di Jawa Tengah, bahkan gempa bumi hampir setiap hari.
Ratusan jiwa meninggal dunia karenanya. Ditambah lagi penyakit social masyarakat dengan merebaknya korupsi, kolusi dan nepotisme, serta merajalelanya budaya syirik ditengah-tengah masyarakat kita.
Maka di dalam kesempatan yang mulia ini, akan saya bacakan firman Allah Swt, yang mana Allah swt. sudah memperingatkan kita semua, sebagaimana yang tercantum didalam Al-Qur’anul karim surat Al A'raaf[7]:96.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ayat tersebut di atas menginformasikan kepada kita, bahwa syarat-syarat dalam rangka untuk meraih keberkahan hidup dan sekaligus syarat agar terhindar dari bencana dan malapetaka.
“Jikalau sekiranya penduduk suatu kampung atau negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Allah akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi, …” (QS.Al A'raaf[7]:96)
Namun Langit bukannya menurunkan hujan yang membawa berkah bagi kehidupan umat manusia, malah sebaliknya membawa mala petaka yaitu berupa banjir dan tanah longsor. Rumah-rumah terendam disebabkan karena banjir dan tanah longsor.
Bumi bukannya menurunkan berkah bagi umat manusia, malah memuntahkan awan panas yang melelehkan kulit, karena panasnya melebihi dari 600 derajat celcius… Laut, bukannya membawa berkah bagi umat manusia, bahkan memuntahkan gelombang air setinggi 8 meter yang menghanyutkan semua yang dilaluinya… tsunami menggulung semua makhluk yang diterjangnya.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Bencana ada di sekitar kita, kebakaran, kebanjiran, tanah longsor, banjir bandang di mana-mana,.… rasa aman sudah tercerabut dari lingkungan kita.
Semua bencana itu datang karena sikap manusia yang mendustakan firman-firman Allah SWT, mereka tidak lagi mempercayai aturan-aturan dan syariat Allah, serta tidak mau melaksanakannya.
”tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan karena perbuatannya.” (QS Al-A’raf: 96)
Untuk itu marilah di bulan Muharam ini kita merenungkan sejenak, sudah semestinyalah di awal tahun baru 1432 hijriah ini, kita banyak bertafakur untuk bermuhasabah, untuk berintrospeksi diri dengan berbagai penomena yang terjadi yang melanda negeri ini.
Bahwa sesungguhnya, kehidupan ini ada pada genggaman Allah swt. Dialah Dzat Pencipta, Pengatur alam semesta ini. Dengan sangat mudah Allah menunjukkan kekuatan dan kekuasaan-Nya. Allah swt. tinggal berucap “Kun! fayakun”. Maka ketika Allah sudah menunjukkan kekuatan dan kekuasan-Nya, tidak ada yang dapat menolak dan tidak ada yang sanggup menghindarinya. Tidak ada rasa aman dari makar Allah, dari murka dan bencana-Nya.
“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka, di malam hari di waktu mereka sedang tidur?
(QS Al-A’raf[7]: 97)
Sebagaimana yang terjadi gelombang tsunami di Mentawai.
Atau “Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalan naik ketika mereka sedang bermain? (QS Al-A’raf[7]: 98)
Sebagaimana yang terjadi di Wasior atau juga yang terjadi di sekitar gunung Merapi – yang bahkan terjadi pada siang dan malam hari…
Tidak ada tempat untuk lari dari makarnya Allah, tidak ada yang dapat menghindar dari murkanya Allah. Manusia dengan segala keterbatasan kemampuan yang dimilikinya, bahkan teknologi yang dikuasainya pun tidak akan mampu menghindar dari bencana yang terjadi.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kita mungkin sering mendengar dan melihat, ketika teknologi manusia mengatakan, wilayah aman dari bencana awan panas gunung Merapi berjarak 10 km, kemudian direvisi lagi menjadi 15 km… jarak itupun tetap tidak aman, bahkan puluhan orang meninggal dunia karena berada di sekitar radius itu… tidak terkecuali penjaga gunung Merapi pun ikut terkena awan panas, semua hangus terbakar, binatang-binatang, pohon-pohon, bangunan-bangunan dan semua yang dilewati awan panas.
“Maka Apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A'raf[7]:99)
Dan ditegaskan lagi oleh Allah SWT di dalam QS Asy Syuura[42]:30 :
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (QS. Asy Syuura[42]:30 )
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Maka sudah selayaknyalah, umat manusia harus segera sadar, segera kembali kepada Allah, dan bertaubat kepada-Nya. Selanjutnya umat manusia haruslah membuktikan iman dan taqwa dengan sebenar-benarnya.
Bahwa dibalik kehidupan ini, ada yang mengatur dan memiliki segalanya. Dialah Allah ‘Azza wa Jalla. Segala aturan-aturan-Nya haruslah kita ikuti dan hukum alam-Nya haruslah kita jaga. Dan agar terhindar dari murka Dan azab-Nya Allah, maka ada dua jalan yang akan menyelamatkan kita sebagai umat muslim:
Yang pertama : yang harus dipegang erat-erat adalah Iman, iman haruslah berada diatas segala-galanya dan di implementasikan dalam menjalankan amanah yang diembannya. Siapapun diri kita, apapun profesi kita, kita pasti mengemban amanah ini.
Sebagai seorang ayah dalam keluarga atau sebagai kepala rumah tangga yang diamanahi anak dan istri, hendaknyalah kita melaksanakan amanah itu dengan sejujur-jujurnya. Sebagai seorang profesional atau karyawan, hendaknya kita mampu melaksanakan amanah yang dijalaninya itu, dengan sebenar-benarnya.
Sebagai seorang pemimpin, dalam ragam level apapun, hendaknya menjalankan amanah kepemimpinannya itu, dengan serius dan bertanggung-jawab, juga sebagai teladan dalam setiap kebaikan.
Kemudian jalan yang kedua : agar terhindar dari murka dan azab-Nya Allah adalah bertaqwa kepada Allah SWT dengan sejujur-jujurnya, yaitu dengan melaksanakan segala perintah-perintah-Nya sesuai dengan kemampuan kita dan meninggalkan seluruh larangan-larangan-Nya, karena sekecil apapun kesalahan kita, sekecil apapun dosa kita , akan membawa mala petaka dan akan mengundang bencana.
Mudah2an Allah SWT senantiasa menganugerahkan rahmat dan petunjuknya kepada kita, sehingga kita terhindar dari murka dan azab-Nya Allah, serta mampu menjalani dan mengisi kehidupan ini dengan penuh ketaatan kepada Allah Swt secara tulus dan ikhlas.
Sehingga kita mendapatkan keberkahan hidup, kebahagiaan hidup, baik itu kebahagiaan hidup didunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat kelak. Amin....
0 Response to "Meraih Berkah Allah"
Post a Comment